Ilmu Agama Tanpa Adab Mulia Ialah Sia-Sia
Perhatikan Adab dan Akhlakmu Wahai Penuntut Ilmu
Sebuah pesan yang tersirat yang sangat anggun bagi kaum muslimin khususnya bagi para penuntut ilmu agama. Ilmu agama yang mulia ini hendaknya selalu digandengkan dengan adab yang mulia. Terlebih para da‘i yang akan menyeru kepada kebaikan dan menjadi sorotan oleh masyarakat akan acara keseharian dan muamalahnya. Nasehat tersebut dari seorang ulama yaitu syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah, dia berkata,
طالب العلم : إذا لم يتحل بالأخلاق الفاضلة فإن طلبه للعلم لا فائدة فيه
“Seorang penuntut ilmu, bila tidak menghiasi diri dengan adab yang mulia, maka tidak ada faidah menuntut ilmunya.” [Syarhul Hilyah Fii Thalabul Ilmi, hal. 7]
Memang demikian pola dari para ulama semenjak dahulu, mereka sangat memperhatikan adat dan akhlak. Jangan hingga justru dakwah rusak lantaran pelaku dakwah itu sendiri yang kurang adat dan akhlaknya. Ulama dahulu benar-benar mempelajari adat dan adab bahkan melebihi perhatian terhadap ilmu.
Abdullah bin Mubarak rahimahullah berkata,
طلبت الأدب ثلاثين سنة وطلبت العلم عشرين سنة كانوا يطلبون الأدب ثم العلم
“Saya mempelajari adat selama tiga puluh tahun dan saya mempelajari ilmu (agama) selama dua puluh tahun, dan ada-lah mereka (para ulama salaf) memulai pelajaran mereka dengan mempelajari adat terlebih dahulu kemudian gres ilmu”. [Ghayatun-Nihayah fi Thobaqotil Qurro I/446, cetakan pertama, Maktabah Ibnu Taimiyyah, Maktabah Syamilah]
Hendaknya kaum muslimin terutama para penuntut ilmu dan dai sangat memperhatikan hal ini. Jika setiap orang atau sebuah organisasi, kita permisalkan. Mereka punya sasaran dan tujuan tertentu, maka tujuan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus yakni untuk memperbaiki dan menyempurnakan adab manusia. Kita berupaya untuk mewujudkan hal ini.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلاَقِ
“Aku diutus untuk menyempurnakan adab yang mulia.” [H.R. Al-Hakim dan dinilai sahih oleh beliau, adz-Dzahabi dan al-Albani]
Berhiaslah dengan Akhlak Mulia
Beliau memerintahkan kita biar bergaul dan bermuamalah dengan insan berhiaskan adab yang mulia.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bergaulah dengan insan dengan adab mulia.” [HR. At-Tirmidzi dia menilai hasan shahih]
Beliau yakni suri teladan bagi kaum muslimin dan beliaupun sudah mencontohkan kepada kita adab dia yang sangat mulia dalam banyak sekali cerita sirah beliau. Allah memuji adab dia dalam Al-Quran.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur” (Al-Qalam: 4).
Demikian juga kebanggaan dari istri beliau, perlu diketahui bahwa komentar dan testimoni istri pada suami yakni salah satu bentuk perwujudan adab sebetulnya seseorang. ‘A`isyah berkata mengenai adab Nabi Shallallahu ‘alaih wa sallam,
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
“Akhlak dia yakni Al-Quran.” [HR. Muslim no. 746, Abu Dawud no. 1342 dan Ahmad 6/54]
Seperti Apa Akhlak Mulia Itu?
Definisinya adab mulia cukup sederhanya, sebagaimana ulama menerangkan,
بَذْلُ النَّدَى وَكَفُّ الْأَذَى وَاحْتِمَالُ الْأَذَى
Akhlak mulia adalah:
[1] berbuat baik kepada orang lain
[2] menghindari sesuatu yang menyakitinya
[3] dan menahan diri dikala disakiti” [Madarijus Salikin II/318-319]
Mari kita wujudkan adab yang mulia, mempelajari bagaimana adab mulia dan dalam Islam dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Balasan adab mulia sangat besar yaitu masuk nirwana dan merupakan alasannya yakni terbanyak orang masuk surga
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ اَلْجَنَّةَ تَقْوى اَللَّهِ وَحُسْنُ اَلْخُلُقِ
“Yang paling banyak memasukkan ke nirwana yakni takwa kepada Allah dan adab yang mulia.” [HR At-Tirmidzi, Ibnu Maajah dan Al-Haakim dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani]
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Artikel Muslim.or.id Sumber https://iberdakwah.blogspot.com/