Inilah 7 Syarat Kalimat Tauhid (La Ilaha Illallah)


Kalimat Lâ ilâha illallâh merupakan fondasi agama Islam yang pertama. Kalimat tauhid ini akan bermanfaat bagi orang yang mengikrarkannya dengan 7 syarat yang telah dijelaskan oleh para Ulama, menurut nash-nash al-Qur’ân dan as-Sunnah (al-Hadits). Apabila 7 syarat tersebut terpenuhi, maka kalimat tauhid itu akan bermanfaat di dunia dan di alam abadi bagi orang yang mengucapkannya. Diantara keuntungannya ialah ia akan menjadi salah satu lantaran masuk nirwana dan selamat dari neraka.

Tujuh syarat ini dikumpulkan oleh Syaikh Hafizh bin Ahmad al-Hakami (wafat 1377 H) dalam sya’irnya yang berjudul Sullamul Wushûl ilaa ‘Ilmil Ushûl:

اَلْعِلْمُ وَالْيَقِيْنُ وَالْقَبُوْلُ                                   وَالْإِنْقِيَادُ فَادْرِ مَا أَقُوْلُ
اَلصِّدْقُ وَالْإِخْلاَصُ وَالْمَحَبَّةُ                             وَفَّقَكَ اللهُ لِمَا أَحَبَّهُ

Ilmu, yaqin, dan menerima               
Serta tunduk, maka ketahuilah yang saya katakan!
Kebenaran (kejujuran), ikhlas, dan cinta
Semoga Allâh membimbingmu kepada apa yang Dia cintai

Oleh lantaran itu, setiap hamba wajib mengetahui dan memenuhi tujuh syarat Lâ ilâha illallâh ini. Memenuhi syarat-syaratnya, bukanlah sekedar menghitung dan menghafalnya, akan tetapi dengan mewujudkan syarat-syarat itu dalam dirinya, menjaganya dan tidak merusaknya.

Tujuh syarat tersebut adalah.

1. Ilmu yang menghilangkan kebodohan
Yaitu mengetahui dengan baik makna Lâ ilâha illallâh, serta mengetahui apa yang ditiadakan dan apa yang ditetapkan oleh kalimat ini.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ

Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Ilah (Yang Haq) melainkan Allâh. [Muhammad/47: 19]

Jadi, orang yang bersyahadat Lâ ilâha illallâh harus mengetahui dengan hati mereka apa yang diucapkan oleh pengecap mereka. Jika seseorang mengucapkannya, dengan tanpa mengetahui maknanya, maka kalimat itu tidak bermanfaat baginya, lantaran beliau tidak meyakini apa kandungannya.  (Lihat kitab Muqarrar Tauhid li Shaffil Awwal al-‘Ali, 1/52)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barangsiapa mati, dan beliau mengetahui bahwa: Lâ ilâha illallâh, beliau pasti masuk surga. [HR. Muslim, no. 26]

2. Yakin, Tanpa Ada Keraguan Sedikitpun
Yaitu orang yang bersyahadat itu benar-benar meyakini kandungan kalimat Lâ ilâha illallâh, tidak ragu sedikitpun. Karena iman itu harus dibangun di atas keyakinan, bukan persangkaan, apalagi keraguan.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dengan sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

اذْهَبْ بِنَعْلَيَّ هَاتَيْنِ فَمَنْ لَقِيتَ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْحَائِطِ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ

Pergilah dengan kedua sandalku ini, siapa saja yang engkau temui di balik dinding ini, beliau bersyahadat Lâ ilâha illallâh dengan  hati yang meyakini kalimat ini, maka berilah kabar besar hati dengan surga. [HR. Muslim, no. 46]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ لَا يَلْقَى اللَّهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ

Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allâh, dan bahwa saya ialah utusan Allâh, tidaklah seorang hamba bertemu dengan Allâh dengan membawa kedua (kalimat ini) dalam tidak ragu-ragu dengan kedua (kalimat ini), kecuali beliau masuk surga. [HR. Muslim, no. 27, dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]

Adapun orang yang ragu-ragu terhadap kalimat ini, dialah orang munafik. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

إِنَّمَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ

Sesungguhnya yang meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allâh dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, lantaran itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya. [At-Taubah/9:45]

3. Menerima, Tidak Menolak
Yaitu mendapatkan dengan penuh pasrah, tanpa menolak dan bersombong terhadap kalimat Lâ ilâha illallâh sebagaimana perilaku orang-orang kafir. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ ﴿٣٥﴾ وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ

Sesungguhnya mereka (penduduk neraka) dahulu (di dunia) apabila dikatakan kepada mereka: “Lâ ilâha illallâh” (Tiada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Allâh) mereka menyombongkan diri.

dan mereka berkata,”Apakah bergotong-royong kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami lantaran seorang penyair gila?” [Shoffaat/37: 35-36]

4. Patuh, Tidak Meninggalkan Kandungannya
Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ

Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allâh, sedang beliau orang yang berbuat kebaikan, maka bergotong-royong ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.  [Luqman/31: 22]

Yang dimaksud dengan buhul tali yang kokoh ialah Lâ ilâha illallâh, sebagaimana klarifikasi para Ulama.

Inilah perilaku orang beriman: tunduk dan patuh kepada Rabb, Penguasanya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا

Dan tidaklah patut bagi pria yang mu’min dan tidak (pula) bagi wanita yang mu’min, apabila Allâh dan Rasul-Nya telah memutuskan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) wacana urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allâh dan Rasul-Nya maka sungguhlah beliau telah sesat, sesat yang nyata. [Al-Ahzab/33: 36]

5. Benar, Jujur, Tidak Bohong
Yaitu seseorang yang mengucapkan kalimat Lâ ilâha illallâh dengan lidahnya benar-benar sesuai dengan isi hatinya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ

Tidak ada seorangpun yang bersyahadat Lâ ilâha illallâh dan Muhammad ialah utusan Allâh dengan benar dari hatinya kecuali Allâh mengharamkan neraka atasnya”. [HR. Al-Bukhâri, no.128; Muslim no.32,  dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu]

Dalam hadits ini Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memutuskan syarat selamat dari neraka dengan bersyahadat yang benar dari hatinya, tidak sekedar mengucapkan dengan pengecap tapi tidak sesuai dengan hatinya. Oleh lantaran itu, orang-orang yang mengucapkan hanya dengan pengecap saja ialah orang munafik. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ

Di antara insan ada yang mengatakan, “Kami beriman kepada Allâh dan Hari Kemudian,” padahal mereka itu bergotong-royong bukan orang-orang yang beriman. [Al-Baqoroh/2: 8]

6. Ikhlas yang menghilangkan kesyirikan
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ  لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ

Sesungguhnya Allâh mengharamkan neraka atas orang yang mengucapkan Lâ ilâha illallâh, beliau mencari wajah Allâh dengan (perkataan) nya.” [HR. Al-Bukhâri, no.425, 667, 686, 6423, 7938; Muslim, no. 33, 657 dari ‘Itban bin Mâlik Radhiyallahu anhu]

Oleh lantaran itu, orang yang mengikrarkan kalimat Lâ ilâha illallâh wajib meninggalkan segala bentuk kesyirikan. Karena dengan syirik, amal shalih sebanyak apapun akan gugur sia-sia. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Dan bergotong-royong telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu, “Jika kau mempersekutukan (Allâh), pasti akan hapus amalmu dan tentulah kau termasuk orang-orang yang merugi. [Az-Zumar/39: 65]

7. Cinta yang menghapus kebencian
Orang yang bersyahadat wajib menyayangi kalimat Lâ ilâha illallâh, kandungannya, tuntutannya, menyayangi orang-orang yang mengamalkannya serta membenci apa-apa yang bertentangan dengannya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kau yang mutad dari agamanya, maka kelak Allâh akan mendatangkan suatu kaum yang Allâh menyayangi mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allâh, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allâh, diberikan-Nya kepada siap yang dihendaki-Nya, dan Allâh Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. [Al-Mâidah/5:54]

Barangsiapa membenci kandungan Lâ ilâha illallâh atau apa saja yang diturunkan oleh Allâh Azza wa Jalla , berarti beliau termasuk orang-orang kafir dan semua amal kebaikannya gugur. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ ﴿٨﴾ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ

Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allâh menghapus amal-amal mereka. Yang demikian itu ialah lantaran bergotong-royong mereka benci kepada apa yang diturunkan Allâh (al-Qur’an) kemudian Allâh menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. [Muhammad/47: 8-9]

Inilah tujuh syarat Lâ ilâha illallâh. Semoga Allâh Azza wa Jalla akan mengumpulkan kita semua dalam surga-Nya yang kekal. Aamiin.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XIX/1437H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]


Oleh Ustadz  Abu Isma’il Muslim al-Atsari
Artikel oleh Al Manhaj
Sumber https://iberdakwah.blogspot.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel