Air Bah Erosi dan Sedekah

Masih ingat Daur Hidrologik? Air bah dan erosi ini berhubungan dengan daur tersebut. Kalau dalam pembicaraan mengenai penaburan awan, bagian daur itu menyangkut perjalanan air dari awan turun ke bumi, maka dalam hal ini bagian daur itu menyangkut perjalanan air di atas permukaan bumi. Pembagian kwantitas air yang masuk ke dalam tanah dengan air yang di atas pemukaan tanah, tergantung dari keadaan permukaan bumi. Jika lapisan tanah tebal dan banyak akar-akar pepohonan di dalamnya, lebih banyak air yang masuk meresap ketimbang air yang tertinggal di atas permukaan tanah.
Related
Bagaimana kalau di hilir? Pada umumnya di hilir terdapat hutan jenis lain, hutan rekayasa, hutan yang dibangun oleh teknologi, Yaitu hutan yang bukan dari pepohonan, melainkan hutan dari bangunan-bangunan menjulang, dengan akar-akarnya berupa tiang-tiang pancang dari beton, ataupun dari jenis cakar ayam.
Permukaan tanah ditutupi pelataran-pelataran parker, jalan-jalan beraspal, ataupun trotoar dari batu. Apa hasilnya jika dilihat dari segi berwawasan lingkungan? Pembagian air hujan yang meresap ke dalam tanah dengan yang tertinggal di atas permukaan tanah, sebaliknya dari di udik. Lebih banyak di atas tanah, karena air tidak diberi kesempatan masuk meresap ke dalam. Artinya kalau turun hujan lebat akan terjadi banjir. Maka digalilah kanal, seperti misalnya di pemukiman untuk menanggulangi luapan air hujan yang disebut banjir itu. Hasilnya? Tergantung kalkulasi, hitung menghitung dari para pakar berdasarkan perkiraan curah hujan yang langsung dan banjir kiriman hujan dari hulu dan terobosan air pasang dari laut.
Jadi dilihat dari segi berwawasan lingkungan, maka di udik harus lebat hutan pepohonan, tetapi sebaliknya di hilir harus dikurangi pertumbuhan hutan rekayasa teknologi. Kalau di udik hutan-hutan dibabat secara liar apakah itu berupa lahan perkebunan secara liar, ataupun dibabat dengan sah melalui jalur hukum berupa HPH untuk industri kayu, maka hasilnya adalah banjir di udik dan banjir di hilir.
Erosi berhubungan dengan banjir yang berwujud air bah di udik. Gunung-gunung yang hampir gundul, menghampiri bahkan sudah mencapai keadaan kritis, keadaan pemukaan bumi menyedihkan. Bunga-tanah berkurang, akar-akar berkurang, akibatnya lereng gunung dikikis air yang mengalir. Pengikisan tanah oleh air mengalir dengan ganas inilah yang disebut erosi. Pengikisan yang terus menerus menghabiskan lapisan tanah di lereng-lereng gunung. Tanah-tanah ini dibawa air ke sungai-sungai yang menyebabkan pendangkalan sungai-sungai di hilir.
Di dalam Al Quran pengikisan air yang menggundulkan permukaan bumi dan yang tertinggal hanyalah batu karang yang licin, dinformasikan sebagai bahan kiasan. Firman Allah menyangkut erosi itu tidaklah difokuskan benar kepada pengikisan tanah, melainkan dikiaskan kepada erosi amal sedakah. Adapun erosi pada permukaan bumi itu hanyalah sekadar berupa penjelasan bandingan dari erosi amal sedekah seseorang.
Firman Allah dalam S. Albaqarah, 264: Artinya, Hai orang-orang beriman, anganlah kamu batalkan amal sedekahmu, dengan cara menyiarkan (kepada umum) dan melukai perasaan (yang diberi sedekah), seperti cara menyumbang dengan penampilan (riya) dari orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhirat. Adapun cara yang demikian itu ibarat batu karang licin yang di atasnya terdapat lapisan tanah diguyur oleh curahan hujan yang lebat yang memberikan bekas tanah hanyut dan tinggallah batu karang licin yang gundul, maka demikian pulalah keadaan amal sedekahnya hilang tidak ada yang tinggal.
Sedikit catatan tambahan. Adapun kebiasaan mengumumkan di masjid-masjid nama-nama penyumbang masjid menjelang shalat Jum'at, itu bukanlah termasuk riya, karena tujuannya bukanlah untuk penampilan, melainkan sebagai pertanggung-jawaban keuangan dari panitia atau pengelola masjid. Lain hal misalnya ada Dharma Wanita yang menyumbang panti asuhan, kemudian di-shooting untuk disiarkan di TV, itulah yang termasuk pengertian al mannu, menyebut-nyebut, menyiarkan.