Islam Benci Radikalisme
Sikap radikal artinya perilaku yang menuntut perubadah dengan keras. Istilah ketika ini lebih condong pada anutan Islam. Yang memojokkan ibarat ini bukan orang luar, namun orang Islam itu sendiri.
Related
Bukti dalil yang menyatakan bahwa Islam tidak oke dengan tindakan teror (al irhab) ialah firman Allah Ta’ala,
مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا
“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan alasannya ialah orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan alasannya ialah menciptakan kerusakan dimuka bumi, maka seolah-olah dia telah membunuh insan seluruhnya” (QS. Al Maidah: 32).
لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا
“Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR. Abu Daud no. 5004 dan Ahmad 5: 362. Al Hafizh Abu Thohir menyampaikan bahwa hadits ini hasan).
Berarti Islam tidak oke akan tindak teror atau menakut-nakuti orang lain.
Islam Melarang Tindakan Radikal
Islam juga melarang tindakan radikal atau kekerasan. Buktinya ialah terhadap hewan saja kita tidak boleh untuk menyiksa.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عُذِّبَتِ امْرَأَةٌ فِى هِرَّةٍ سَجَنَتْهَا حَتَّى مَاتَتْ ، فَدَخَلَتْ فِيهَا النَّارَ ، لاَ هِىَ أَطْعَمَتْهَا وَلاَ سَقَتْهَا إِذْ حَبَسَتْهَا ، وَلاَ هِىَ تَرَكَتْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الأَرْضِ
“Ada seorang perempuan disiksa alasannya ialah seekor kucing yang dikurungnya hingga mati alasannya ialah tindakannya tersebut ia masuk neraka. Wanita itu tidak memberi kucing tersebut makan, tidak pula minum ketika ia mengurungnya. Juga kucing tersebut tidak dibolehkan untuk memakan serangga-serangga di tanah” (HR. Bukhari no. 3482 dan Muslim no. 2242). Kenapa perempuan ini disiksa di neraka? Karena tindakan ia menyiksa binatang. Coba bayangkan bagaimana jikalau yang disiksa ialah manusia?
Sa’id bin Jubair menceritakan,
مَرَّ ابْنُ عُمَرَ بِفِتْيَانٍ مِنْ قُرَيْشٍ قَدْ نَصَبُوا طَيْرًا وَهُمْ يَرْمُونَهُ وَقَدْ جَعَلُوا لِصَاحِبِ الطَّيْرِ كُلَّ خَاطِئَةٍ مِنْ نَبْلِهِمْ فَلَمَّا رَأَوُا ابْنَ عُمَرَ تَفَرَّقُوا فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ مَنْ فَعَلَ هَذَا لَعَنَ اللَّهُ مَنْ فَعَلَ هَذَا إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَعَنَ مَنِ اتَّخَذَ شَيْئًا فِيهِ الرُّوحُ غَرَضًا
“Ibnu ‘Umar pernah melewati beberapa perjaka Quraisy yang menancapkan seekor burung dan memanahinya. Setiap anak panah yang tidak mengenai sasaran menjadi milik si pemilik burung.
Ketika melihat Ibnu ‘Umar, mereka pun bubar. Ibnu ‘Umar kemudian berkata, “Siapa yang melaksanakan ini? Ketahuilah, Allah melaknat orang yang melaksanakan ibarat ini. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang menimbulkan makhluk bernyawa sebagai sasaran tembak.” (HR. Muslim no. 1958). Ini juga yang disiksa ialah binatang, bagaimanakah dengan manusia?
Ada hadits dikeluarkan pula oleh Muslim bin Al Hajjaj,
مَرَّ هِشَامُ بْنُ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ عَلَى أُنَاسٍ مِنَ الأَنْبَاطِ بِالشَّامِ قَدْ أُقِيمُوا فِى الشَّمْسِ فَقَالَ مَا شَأْنُهُمْ قَالُوا حُبِسُوا فِى الْجِزْيَةِ. فَقَالَ هِشَامٌ أَشْهَدُ لَسَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِنَّ اللَّهَ يُعَذِّبُ الَّذِينَ يُعَذِّبُونَ النَّاسَ فِى الدُّنْيَا »
“Hisyam bin Hakim bin Hizam pernah melewati beberapa orang petani di Syam. Mereka bangun di panas terik matahari.
Kemudian Hisyam bertanya, “Apa yang terjadi pada mereka?”
Orang-orang menjawab, “Mereka disiksa alasannya ialah jizyah (upeti).”
Hisyam berkata, “Aku bersaksi, saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah akan menyiksa orang-orang yang menyiksa insan di dunia.” (HR. Muslim no. 2613).
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Hisyam menemui gubernur di sana dan berbicara kepadanya. Ia pun memerintahkan semoga mereka dibebaskan.
Dalil di atas menawarkan haramnya menyiksa manusia, apalagi hingga membunuh atau membakar. Intinya, Islam tidak mengajarkan radikalisme.
Islam Mengajarkan Deradikalisme dan Kasih Sayang
Abu Hurairah menceritakan,
قَبَّلَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – الْحَسَنَ بْنَ عَلِىٍّ وَعِنْدَهُ الأَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ التَّمِيمِىُّ جَالِسًا . فَقَالَ الأَقْرَعُ إِنَّ لِى عَشَرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا . فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ثُمَّ قَالَ « مَنْ لاَ يَرْحَمُ لاَ يُرْحَمُ »
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mencium Al Hasan bin ‘Ali (cucu beliau). Ketika itu ada Al Aqra’ bin Habis At Tamimi sedang duduk. Al Aqra’ berkata bahwa ia mempunyai sepuluh anak, namun ia tidak pernah mencium salah seorang di antara mereka sedikit pun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menyampaikan padanya, “Siapa yang tidak menyayangi, maka ia tidak disayangi.” (HR. Bukhari no. 5997 dan Muslim no. 2318).
Islam mengajarkan pula kelembutan dan itu tanda kasih sayang. Dari ‘Aisyah radhiyallahu anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sesungguhnya perilaku lemah lembut tidak akan berada pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, jikalau lemah lembut itu dicabut dari sesuatu, melainkan ia akan membuatnya menjadi buruk.” (HR. Muslim no. 2594)
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah. []
Selesai disusun di Darush Sholihin, 14 Jumadats Tsaniyyah 1436 H
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Sudirman Panggang Gunungkidul
Penulis: Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
Sumber https://iberdakwah.blogspot.com/