Indigo (Indera Keenam) Dalam Agama Islam


Salah satu pertanyaan yang banyak disampaikan melalui situs Konsultasisyariah.com yakni fenomena anak indigo. Memang diantara sifat insan yakni curiosity, semangat untuk selalu ingin tahu. Meskipun bisa jadi dia tidak mempunyai banyak kepentingan dalam hal ini. Namun apapun itu, pertanyaan semacam ini memperlihatkan sengamat untuk memahami dilema sesuai koridor agama. Kami memperlihatkan apresiasi positif untuk setiap upaya mengembalikan semua permasalahan kepada Al-Quran dan sunah.

Terkait fenomena anak indigo, ada beberapa catatan yang bisa kita beri garis tebal,

Related

Pertama, islam tidak menolak realita. Sebelumnya, mari kita memahami peta realita berikut,

Realita dibagi menjadi dua:

1.  Realita syar’i: itulah semua isu yang disampaikan dalam Al-Quran dan sunah yang sahih. Misalnya: meteor yang memancarkan cahaya di langit, sejatinya yakni panah api untuk melempar setan yang berusaha mencari isu dari langit. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran surat al-Jin ayat 9. Meskipun kita tidak pernah melihat insiden ini dengan kasat mata, namun mengingat hal ini Allah ceritakan dalam Al-Quran maka wajib kita yakini, lantaran demikianlah realita yang ada. Contoh lain: Jibril mempunyai 600 sayap, sebagaimana dinyatakan dalam hadis riwayat Bukhari. Meskipun kita tidak pernah melihat wujud orisinil Jibril, namun mengingat hal ini disebutkan dalam hadis shahih, maka wajib kita yakini.

2.  Realita kauni merupakan semua insiden yang Allah ciptakan di alam ini. Misalnya, ada orang melihat insiden aneh, kemduian dia abadikan gambarnya, kemudian dia share ke yang lain. Kita mustahil mengingkari insiden ini, lantaran orang yang melihat pribadi membawakan bukti orisinil sesuai yang dia saksikan.

Penyimpangan terhadap dua realita di atas, kita sebut isu dusta. Jika isu dusta itu terkait dilema syariat atau keyakinan, diistilahkan dengan tahayul. Misalnya: isu bahwa pada hari rabu terakhir di bulan safar, akan turun 320 ribu bencana. Berita ini masuk dalam ranah dilema ghaib. Karena indera insan tidak pernah mendeteksi 320 ribu peristiwa yang turun di hari itu. Sehingga untuk menandakan kebenaranya, kita perlu kembalikan kepada dalil, adakah ayat atau hadis shahih yang menyebutkannya. Jika tidak ada, termasuk tahayul, yang dihentikan diyakini.

Anda bisa menimbang semua informasi dilema ghaib yang simpang siur di sekitar kita dengan cara di atas. Sehingga kita bisa membedakan antara keyakinan yang benar dengan tahayul semata.

Fenomena indigo termasuk realita yang bisa kita saksikan. Ada anak yang berkomunikasi dengan makhluk lain, atau dia melihat makhluk lain, dan itu orisinil tidak dibuat-buat.

Sebatas insiden yang bisa kita lihat, termasuk fenomena kauni. Kejadian yang Allah ciptakan di alam ini. Selama insiden itu memang benar-benar ada, islam tidak melarang kita untuk membenarkannya, lantaran islam tidak menolak realita.

Kedua, kemampuan dasar makhluk

Islam tidak menolak fenomena anak indigo bila memang itu realita. Kita boleh meyakininya, selama insiden itu memang benar-benar ada di sekitar kita. Namun realita yang boleh kita yakini dalam hal ini hanya sebatas yang bisa kita lihat. Sementara ihwal hakekat anak indigo, perlu kajian yang lebih serius utnuk bisa menjelaskan dan memberi komentar.

Di sini kita tidak menggali hakekat dan lantaran si anak menjadi indigo. Sebagian jago medis menyebutkan, anak indigo mengidap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), semacam gangguan perkembangan dan keseimbangan kegiatan motorik anak sehingga menyebabkan aktivitasnya tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ada juga yang menyebutkan, anak indigo bisa ibarat itu lantaran mempunyai kemampuan melihat jin. Dan beberapa analisis lainnya.

Hanya saja ada beberapa informasi ihwal anak indigo yang disuasanakan berlebihan. Sebuah analisis ‘ngawur’ menyebutkan beberapa kemampuan luar biasa anak indigo,
  • Prekognision: kemampuan memprediksi dan menciptakan insiden yang akan terjadi di masa depan.
  • Retrokognision: kemampuan melihat insiden di masa lampau.
  • Klervoyans: kemampuan untuk melihat insiden yang sedang berlangsung di daerah lain.
  • Psikometri: kemampuan menggali informasi dan berkomunikasi dengan objek apapun. Dia menerjemahkan getaran dan gelobang yang dipancarkan setiap benda yang menyimpan rekaman suatu peristiwa.
  • Mediumship: kemampuan untuk memakai rohnya dan roh makhluk lain sebagai medium, serta bisa berkommunikasi dengan roh.
  • Telekinetik yakni kemampuan untuk menggerakkan benda dari jarak jauh.
  • Sugesti hipnosis: Anak Indigo sanggup menghipnosis seseorang dengan kemampuan telepatinya.
  • Berkomunikasi dengan Tuhan: Kemampuan ini bekerjasama dengan cakra mahkota pada belahan atas kepala yang merupakan pintu komunikasi antara insan dengan Tuhan.
Jika kita perhatikan kemampuan di atas, bisa disimpulkan bahwa anak indigo tak ubahnya ibarat seorang Nabi. Karena satu-satunya insan yang kita kenal mempunyai kemampuan hebat ibarat di atas hanya para nabi, atas bimbingan wahyu dari Tuhannya.

Namun sayang, banyak juga mereka yang mempercayai hal ini, terutama para budak klenik dan ramalan.

Kembali pada peta realita, aneka macam kemampuan ‘hebat’ dalam daftar di atas, terang bukan termasuk realita kauni. Karena kita tidak pernah menyaksikan proses anak indigo itu mengekspresikan kemampuannya. Yang kita lihat hanyalah, dia berbicara sendiri dengan tembok, pohon atau benda lainnya, atau dia menatap dengan pandangan nanar kemudian melaksanakan reaksi tertentu, atau dia ngomong tanpa beban kemudian memberikan masa depan, atau dia menceritakan halusinasi dalam pikirannya, dst. Anehnya, mereka menanggapinya terlalu serius.

Tidak ada yang melebihi kemampuannya

Anak indigo siapapun dia, tetap manusia. Dia tidak akan melampaui batas kemampuannya sebagai manusia. Semua kemampuan di atas, sejatinya mustahil dimiliki manusia, selain Nabi yang menerima wahyu dari Allah.

Allah berfirman,

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

“Katakanlah: “tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui masalah yang ghaib, kecuali Allah..”

Di ayat lain, Allah berfirman,

وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ

“Katakanlah: …Sekiranya saya mengetahui yang ghaib, tentulah saya menciptakan kebajikan sebanyak-banyaknya dan saya tidak akan ditimpa kemudharatan. saya tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa isu gembira”.

Di ayat lain, Allah juga menegaskan,

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا ( ) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا

Dia yakni Tuhan yang mengetahui yang ghaib, dan Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun ihwal yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Sesungguhnya Dia Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. Al-Jin: 26 – 27)

Dalam  hadis dari Rubayyi’ bintu Mu’awidz radhiyallahu ‘anha, dia menceritakan,

قَالَتْ جَارِيَةٌ: وَفِينَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لاَ تَقُولِي هَكَذَا وَقُولِي مَا كُنْتِ تَقُولِينَ»

“Ada seorang anak yang mengatakan, ‘Di tengah-tengah kami ada seorang nabi yang mengetahui apa yang terjadi besok.’ Spontan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan, ‘Jangan kau ucapkan hal itu, ucapkanlah syair yang tadi kalian lantunkan.’ (HR. Bukhari 4001).

Jika demikian kemampuan yang ada pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidak mengetaui hal ghaib, tidak bisa meramalkan masa depan, kecuali yang Allah wahyukan, bagaimana mungkin kita meyakini anak indigo bisa menerawang masa depan, melihat insiden masa silam, meraba insiden di daerah lain dalam waktu bersamaan, menebak isi hati orang, komunikasi dengan benda mati, komunikasi dengan Tuhan, menggerakkan benda dari jauh, dst.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendatangi Ibnu Shayyad, seorang yang dianggap bisa meramal. Beliau ngetes kemampuannya: ‘Tebak kata yang kusimpan dalam hatiku!’ Ibnu Shayyad mengatakan, ‘Dukh..’ Mendengar balasan ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اخْسَأْ، فَلَنْ تَعْدُوَ قَدْرَكَ

‘Duduklah, kau tidak akan melebihi batas kemampuanmu.’ (HR. Bukhari)

Pendapat yang kuat, dikala itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyimpan firman Allah di surat Ad-Dukhan ayat 10. (Keterangan Fuad Abdul Baqi dalam Ta’liq Shahih Bukhari).

Ketiga, indigo dan jin

Bagian ini perlu kita kupas ulang, lantaran memungkinkan untuk dilakukan pendekatan menurut dalil. Beberapa laporan menyebutkan anak indigo melihat sesuatu yang tidak kita lihat.

Ada dua kemungkinan yang dia lihat, antara malaikat atau jin. Untuk malaikat, dipastikan tidak mungkin. Karena malaikat hanya akan melaksanakan kiprah yang diperintahkan Allah. Sementara mustahil malaikat melaksanakan kiprah kecuali untuk sesuatu yang penting.

Dengan demikian, yang lebih niscaya yakni jin. Anak ini melihat jin. Apa mungkin? Sangat mungkin.

Allah tegaskan dalam Al-Quran dikala membahasa ihwal iblis:

إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ

“Sesungguhnya dia (iblis) dan kabilahnya (semua jin) bisa melihat kalian dari suatu daerah yang kalian tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A’raf: 27).

Inilah sifat orisinil jin. Dia tidak bisa dilihat oleh manusia. Akan tetapi jin bisa bermetamorfosis menjadi makhluk yang lain, sehingga bisa terindera oleh manusia. Baik dengan dilihat, didengar, atau diraba. Sebagaimana kisah Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu pada hadis berikut,

Suatu dikala Ubay pernah menangkap jin yang mencuri makanannya. Ubay bin Ka’ab berkata kepada Jin: “Apa yang bisa menyelamatkan kami (manusia) dari (gangguan) kalian?”. Si jin menjawab: “Ayat kursi… Barangsiapa membacanya di waktu sore, maka ia akan dijaga dari (gangguan) kami hingga pagi, dan barangsiapa membacanya di waktu pagi, maka ia akan dijaga dari (gangguan) kami hingga sore”. Lalu paginya Ubay menemui Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- untuk menuturkan hal itu, dan dia menjawab: “Si jelek itu berkata benar”. (HR. Hakim, Ibnu Hibban, Thabarani dan lainnya, Albani mengatakan: Sanadnya Thabarani Jayyid)

Kejadian yang sama juga pernah dialami Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Beliau menangkap jin yang mencuri masakan zakat fitrah.

al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Jin terkadang bermetamorfosis dengan aneka macam bentuk sehingga memungkinkan bagi insan untuk melihatnya. Firman Allah Ta’ala, ‘Sesungguhnya iblis dan para pengikutnya melihat kau dari suatu daerah yang (di sana) kau tidak bisa melihat mereka,’ khusus pada kondisi aslinya sebagaimana dia diciptakan.” (Fathul Bari, 4:489).

Karena itu, bila benar anak indigo melihat jin, bukan lantaran dia mempunyai kemampuan khusus melebihi yang lain, sehingga bisa melihat jin. Namun lantaran ada jin yang menampakkan diri kepadanya.

Keempat, Kondisi tidak Normal

Catatan embel-embel yang penting untuk disebutkan. Kejadian anak indigo sejatinya yakni kondisi tidak normal. Baik lantaran karena ADHD atau melihat jin. Karena normalnya manusia, dia hanya bisa berinteraksi dengan sesuatu yang bisa memperlihatkan respon kepadanya. Jika sebabnya lantaran gangguan kejiwaan, bisa dilarikan ke jago penyakit terkait, sehingga bisa dilakukan penanganan.

Demikian pula bila indigonya disebabkan melihat jin. Juga termasuk kondisi tidak normal. Karena dalam kondisi normal, sejatinya mansuia tidak bisa melihat jin. Ketika ada orang yang melihat jin, berarti dia tidak normal. Karena tidak normal, masalah semacam ini perlu dinormalkan (baca: diobati). Melihat jin, berarti ada jin yang usil dan mengganggunya. Dia harus usir jin ini supaya segera meninggalkannya. Jika tidak, akan sangat sulit bagi si anak untuk melepaskan diri dari gangguan jin itu.

Terkait cara mengusir jin, bisa anda simak: Keluar Paku dari Tubuh dan Cara Pengobatannya

Allahu a’lam. []




Dijawab oleh ustadz Ammi Nur Baits
Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com
Artikel oleh KonsultasiSyariah
Sumber https://iberdakwah.blogspot.com/

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel