Sikap Kita Menghadapi Petaka Dan Solusinya


Tidak ada seorangpun di muka bumi ini melainkan niscaya akan mendapat ujian dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Lebih-lebih orang shalih dan para auliya’ullah (para kekasih Allah Subhanahu wa ta’ala). Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَومًا اِبْتَلَاهُمْ فَمَنْ َرضِيَ فَلَهُ الرِّضَى وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ

“Sesungguhnya Allah apabila ia menyayangi suatu kaum maka ia akan memberinya ujian, maka barang siapa yang ridha maka ia akan mendapat ridha Allah  dan barang siapa yang marah maka ia akan mendapat marah Allah .” [HR. Tirmidzi, Hasan]

Related


Hikmah Di Balik Musibah

Pertama: Musibah bisa sebagai penyebab gugur dan diampuninya dosa seorang hamba. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak ada seorang muslim yang ditimpa oleh sesuatu yang menyakitkan berupa bacokan duri atau lebih dari pada itu kecuali dengan alasannya (musibah itu) Allah Subhanahu wa ta’ala ampuni kesalahan-kesalahannya, Allah Subhanahu wa ta’ala gugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” [HR. al-Bukhari & Muslim].

Kedua: Seseorang akan mendapat pahala yang besar sebanding dengan besarnya musibah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلاَءِ،

“Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya peristiwa alam yang menimpa.” [HR. at-Tirmidzi, Hasan]

Ketiga: Musibah bisa menjadi bentuk eksekusi dunia bagi seorang hamba yang dikehendaki kebaikan alam abadi oleh Allah Subhanahu wa ta’ala sehingga di alam abadi nanti selamat dari siksa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا أَرَادَ الله بعبدِهِ الخَيرَ عَجَّلَ لَهُ العُقُوبَةَ في الدُّنْيا، …

“Apabila Allah menginginkan kebaikan untuk seorang hamba maka Allah akan mensegerakan eksekusi baginya di dunia ….” [HR. at-Tirmidzi, Hasan]

Sikap di Kala Ujian Menerpa

Pertama: Meyakini bahwa semua yang kita alami telah ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dan tidak akan pernah meleset dari ketetapan takdir tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:

“Ketahuilah bahwa apa saja yang ditakdirkan tidak akan menimpamu maka ia tidak akan pernah menimpamu. Sebaliknya apa saja yang telah ditakdirkan akan menimpamu maka ia tidak akan pernah meleset darimu.” [HR. Ahmad & Abu Daud, Shahih]

Kedua: Seorang mu’min hendaknya bersabar terhadap setiap peristiwa alam yang menimpanya lantaran itulah yang terbaik untuknya.

Ketiga: Tidak boleh melaksanakan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan syari’at dalam menyikapi musibah, menyerupai mengurbankan binatang untuk dipersembahkan seluruhnya atau kepalanya saja kepada tuhan dari kalangan jin dan syetan yang diyakini sebagai penguasa laut, lembah, gunung dan lainnya. Karena berkurban merupakan ibadah yang dihentikan diperuntukkan kepada selain Allah Subhanhu wa ta’ala, sebagaimana firman-Nya yang artinya:

“Maka shalatlah untuk tuhanmu dan berkurbanlah (hanya) untuk-Nya.” [QS. al-Kautsar: 2]

Solusi Saat Ditimpa Musibah

Pertama: Bertaubat Kepada Allah, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah (dalam Miftah Daris Sa’adah, 1:287) mengatakan:
“Tidaklah suatu bala’ turun melainkan lantaran dosa, dan tidaklah bala’ tersebut akan diangkat melainkan dengan taubat.” (Mausu’ah Nadhrotin Na’im, 1:18)

Imam Al-Qurthubi rahimahullah (wafat: 671 H) mengatakan:
“Istigfar bila dipanjatkan oleh orang-orang yang berdosa (sekalipun), bisa menolak terjadinya hal-hal yang jelek dan bisa menepis banyak sekali kemudaratan.” (Tafsir al-Qurthubi, 7:399)

Kedua: Menegakkan Tauhid, Menjauhi Syirik

Allah Subhanahu wa ta’ala berjanji dalam firman-Nya yang artinya:
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kau dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menyebabkan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menyebabkan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, setelah mereka dalam ketakutan menjadi kondusif sentausa. (Syaratnya) mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun…” (QS. an-Nur: 55)

Ketiga: Menghidupkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan senantiasa Beristigfar

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya:
“Dan tidaklah Allah akan mengadzab mereka (orang-orang kafir di Mekah) sementara engkau (Wahai Muhammad) masih berada di tengah-tengah mereka, dan tidaklah Allah akan mengadzab mereka selama mereka senantiasa ber-istigfar.” [QS. al-Anfal: 33]

Ibnul Qayyim rahimahullah mengomentari ayat tersebut dengan ucapannya yang indah:
“Jika keberadaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam secara fisik di tengah-tengah mereka (kafir Mekah) bisa mencegah turunnya adzab atas mereka, padahal mereka yakni musuh-musuh dia Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka bagaimana kiranya bila keberadaan dia pada diri seseorang atau pada suatu kaum, terwujud dalam bentuk cinta dan kepercayaan kepada beliau, serta dalam bentuk tegaknya apa yang dia bawa (berupa sunnah)? Bukankah yang demikian ini lebih utama dan lebih pantas untuk terhindar dari adzab?” (I’lamul Muwaqqi’in, 1:173, tahqiq: Muhammad Abdissalam Ibrahim)

Keempat: Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“Tidaklah merebak pada suatu kaum praktik kemaksiatan, lantas mereka tidak menghilangkan kemaksiatan tersebut, padahal mereka mampu, melainkan sedikit lagi mereka akan ditimpakan oleh Allah adzab yang merata.” (Shahih, lih. Misykaatul Mashaabiih, 5142)

Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman yang artinya:
“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan dan perbaikan.” (QS. Huud: 117)

Kelima: Berdoa dan Berharap Kepada Allah

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللهِ بِالدُّعَاءِ

“Sesungguhnya doa itu bermanfaat pada apa-apa yang telah terjadi (berupa musibah, dll) dan bermanfaat pada apa-apa yang belum terjadi. Maka wajib atas kalian untuk berdoa wahai hamba-hamba Allah!” (Shahih at-Targhiib wat Tarhib, no.1634)

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
“Doa termasuk obat yang paling mujarab. Ia yakni musuh bagi bala’, yang menolaknya, yang memperbaiki imbas buruknya, yang mencegah turunnya, yang mengangkat bala’ tersebut, atau meringankannya bila ia telah turun, dan ia yakni senjata mukmin.” (Jawabul Kafir, 1:10).



Penyusun: Ust. Zahid Zuhendra, Lc & Ust. Abu Ziyan Halim
Artikel oleh Alhujjah
Sumber https://iberdakwah.blogspot.com/

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel