Gempa Bumi Bukan Sekedar Fenomena Alam
Memang benar, gempa bumi terjadi lantaran fenomena alam semisal pergerakan lempeng bumi dan lain-lain, akan tetapi bagi orang yang beriman, gempa bukan hanya sekedar tragedi alam, akan tetapi juga tanda peringatan dari Allah supaya insan kembali kepada agamanya dan menjauhi maksiat. Allah yang mengakibatkan pergerakan lempeng bumi dan terjadilah gempa atas izin Allah.
Related
ﻭَﻣَﺎ ﻧُﺮْﺳِﻞُ ﺑِﺎﻟْﺂﻳَﺎﺕِ ﺇِﻟَّﺎ ﺗَﺨْﻮِﻳﻔًﺎ
“Dan Kami tidak memberi gejala itu melainkan untuk menakuti.” (QS:Al-Isra’: 59).
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di menjelaskan bahwa supaya dengan alasannya ialah ini insan sadar dan jera dari bermaksiat terus-menerus, dia berkata
المقصود منها التخويف والترهيب ليرتدعوا عن ما هم عليه
“Maksud ayat ini ialah memperlihatkan rasa takut supaya insan jera (efek jera dan berhenti) melaksanakan maksiat ketika itu” (Tafsir As-Sa’di).
Ibnul Qayyim juga menjelaskan bahwa gempa bumi ini terjadi supaya insan meninggalkan kemaksiatan dan kembali kepada Allah, dia berkata,
ﺃﺫﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻟﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻷﺣﻴﺎﻥ ﺑﺎﻟﺘﻨﻔﺲ ﻓﺘﺤﺪﺙ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻟﺰﻻﺯﻝ ﺍﻟﻌﻈﺎﻡ ﻓﻴﺤﺪﺙ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻟﻌﺒﺎﺩﻩ ﺍﻟﺨﻮﻑ ﻭﺍﻟﺨﺸﻴﺔ ﻭﺍﻹﻧﺎﺑﺔ ﻭﺍﻹﻗﻼﻉ ﻋﻦ ﻣﻌﺎﺻﻴﻪ ﻭﺍﻟﺘﻀﺮﻉ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺍﻟﻨﺪﻡ
“Allah –Subhanah- terkadang mengizinkan bumi untuk bernafas maka terjadilah gempa bumi yang dasyat, sehingga hamba-hamba Allah ketakutan dan mau kembali kepada-Nya, meninggalkan kemaksiatan dan merendahkan diri kepada Allah dan menyesal” (Miftah Daris Sa’adah 1/221).
Baca juga: Musibah Datang Karena Maksiat dan Dosa
Baca juga: Hukum Bertahan Sholat Ketika Gempa
Musibah lantaran akhir perbuatan kita sendiri
Perlu diketahui bahwa segala musibah dan kesusahan dunia ialah disebabkan dosa kita dan akhir perbuatan insan sendiri.
Allah Ta’ala berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di bahari disebabkan lantaran perbuatan tangan manusia, supaya Allah mencicipi kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Ar-Rum: 41).
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kau maka ialah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Asy Syura: 30).
Allah Ta’ala berfirman,
مَّآأَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللهِ وَمَآأَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ
“Apa saja nikmat yang kau peroleh ialah dari Allah, dan apa saja tragedi yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri” (An-Nisa: 79).
Dan peringatan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa kerusakan dan musibah yang terjadi pada insan lantaran banyaknya maksiat. Beliau bersabda,
يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ وَمَا لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا ظَهَرَ فِيهِمُ الأَمْرَاضُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ فِي أَسْلَافِهِمِ وَمَا مَنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَ مَا لَمْ يُطَفِّفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِجَوْرِ السُّلْطَانِ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَالسِّنِينَ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ
“Hai orang-orang Muhajirin, lima perkara, kalau kau ditimpa lima masalah ini, saya mohon pemberian kepada Allah supaya kau tidak mendapatkannya. Tidaklah muncul perbuatan keji (Zina,merampok, minum khamr, judi, dan lainnya) pada suatu masyarakat, sehingga mereka melakukannya dengan terang-terangan, kecuali akan tersebar penyakit-penyakit lainnya yang tidak ada pada orang-orang sebelum mereka. Dan tidaklah mereka menahan (tidak mengeluarkan) zakat hartanya, kecuali hujan dari langit juga akan ditahan dari mereka. Seandainya bukan lantaran hewan-hewan, insan tidak akan diberi hujan. Tidaklah orang-orang mengurangi dosis dan timbangan, kecuali mereka akan disiksa dengan kezhaliman pemerintah, kehidupan yang susah, dan paceklik. Dan selama pemimpin-pemimpin (negara, masyarakat) tidak berhukum dengan kitab Allah, dan memilih-milih sebagian apa yang Allah turunkan, kecuali Allah mengakibatkan permusuhan yang keras di antara mereka” (HR Ibnu Majah, ash-Shahihah no. 106).
Kita pun diperintahkan supaya beristigfar ketika terjadi gempa. Istigfar sangat gampang dilakukan dan itulah seharusnya yang dilakukan ketika terjadi gempa, bukan teriak-teriak atau kata-kata yang memperlihatkan penyesalan dan marah atas takdir Allah.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan,
” الواجب عند الزلازل وغيرها من الآيات والكسوف والرياح الشديدة والفياضانات البدار بالتوبة إلى الله سبحانه , والضراعة إليه وسؤاله العافية , والإكثار من ذكره واستغفاره
“Kewajiban ketika terjadi gempa bumi dan lainnya semisal gerhana, angin kuat, banjir, yaitu menyegerakan taubat, merendahkan diri kepada-Nya, meminta afiyah/keselamatan, memperbanyak dzikir dan ISTIHGFAR” (Majmu’ Fatawa 150/152-9).
Baca juga: Amalan Ketika Terjadi Gempa
Baca juga: Nasehat Ulama Di Balik Musibah Gempa
Baca juga: Kita Kembali Diingatkan Tentang Gempa
Penyusun: Ustadz dr. Raehanul Bahraen
Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta,
S1 Kedokteran Umum UGM,
Dosen di Universitas Mataram,
Kontributor majalah "Kesehatan Muslim"
Artikel www.muslim.or.id
Sumber https://iberdakwah.blogspot.com/